Monday, October 31, 2011

KTI PENELITIAN ANEMIA RINGAN


GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA RINGAN PADA IBU HAMIL
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH
MAKASSAR PERIODE JANUARI S.D.
DERSEMBER 2010


 






KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia Timur

OLEH :







UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
PROGRAM DIII KEBIDANAN
MAKASSAR
2011



DAFTAR ISI

 
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................       i
PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ...........................      ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN.........................................     iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI..........................................................................     iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................      v
DAFTAR ISI .........................................................................................................   viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................      x
BAB    I.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .........................................................................       1
B.    Rumusan Masalah ..................................................................       4
C.    Tujuan Penulisan ....................................................................       5
1.    Tujuan Umum .....................................................................       5
2.    Tujuan Khusus ..................................................................       5
D.    Manfaat Penulisan ..................................................................       5
BAB   II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Tentang Anemia .....................................................       7
1.    Pengertian Anemia ...........................................................       7
2.    Gejala Anemia ....................................................................       8
3.    Macam-macam Anemia dan Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan                  8
4.    Etiologi .................................................................................     10
5.    Pengaruh Anemia dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin                 11
6.    Patofisiologi Anemia .........................................................     12
7.    Pencegahan .......................................................................     14
8.    Pengobatan.........................................................................     17
B.    Tinjauan Variabel Penelitian .................................................     18
1.    Umur Ibu...............................................................................     18
2.    Paritas ..................................................................................     19
BAB  III.      KERANGKA KONSEP
A.   Dasar Pemikiran Variabel Penelitian....................................     20
B.   Bagan Kerangka Konsep Penelitian ....................................     23
C.   Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif...........................     23

 Halaman
BAB  IV.     METODE PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian........................................................................     25
B.   Tempat dan Waktu Penelitian................................................     25
C.   Populasi dan Sampel..............................................................     25
D.   Metode Pengambilan Sampel................................................     26
E.   Pengumpulan Data..................................................................     26
F.    Pengolahan dan Penyajian Data..........................................     26
G.   Analisis Data.............................................................................     27
BAB V. ...... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian........................................................................     28
1.    Paritas...................................................................................     28
2.    Umur Ibu..............................................................................     29
B.   Pembahasan.............................................................................     29
1.    Paritas...................................................................................     30
2.    Umur Ibu..............................................................................     31
BAB VI. ..... KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan...............................................................................     32
B.   Saran..........................................................................................     32
DAFTAR PUSTAKA   
LAMPIRAN








DAFTAR LAMPIRAN
1.    Usulan Judul Karya Tulis Ilmiah
2.    Surat Izin Mengambil Data dari Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan
3.    Surat Keterangan Mengambil Data dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
4.    Jadwal Konsultasi Karya Tulis Ilmiah












 

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.   Anemia pada kehamilan disebut “potential danger to mother and child”  (potensial membahayakan ibu dan anak), akibat fungsi dari hemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh tidak berjalan dengan baik, sebagai akibatnya oksigen untuk anak pun berkurang.   Hal ini tak hanya mengancam pertumbuhan janin, tapi juga merupakan penyebab utama kematian ibu saat melahirkan, yang biasanya terjadi akibat perdarahan (http://www.Republika,2006.com,  diakses tanggal 19 Juni 2011)
1
 
Salah satu faktor tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa persalinan  yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. (http://www.Wordpress.com, diakses tanggal 18 Juni 2011)
Menurut  Profil  Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan  tahun 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 121 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab langsung kematian ibu diantaranya : perdarahan 63 orang (50,9%), eklampsia 28 orang (26,4%), infeksi  2 orang (7,5%), abortus 1, partus lama 1 dan penyebab lain 26 orang (15,0%).
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO, 2009).
Menurut WHO (Manuaba, IBG, 2001) menerangkan bahwa  kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.   Pada umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan asupan gizi sehari-hari.
Soeprono (2003) mengatakan prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%. Walaupun pemerintah telah melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan tablet tambah darah (tablet Fe) pada ibu hamil yang dibagikan pada waktu mereka memeriksakan kehamilannya, akan tetapi prevalensi anemia pada kehamilan masih juga tinggi.   Pemeriksaan kadar hemoglobin yang dianjurkan dilakukan pada trimester pertama dan ketiga kehamilan sering kali hanya dapat dilaksanakan pada trimester ketiga saja karena kebanyakan ibu hamil baru memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua kehamilan.  
Berdasarkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2010 terdapat ibu hamil yang mengalami anemia adalah 181.427 orang, yang terdiri dari anemia sebanyak 1.601 (1,13%). Khusus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar periode Januari s.d. Desember 2010 jumlah kejadian anemia dari 488 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya terdapat 383 orang yang anemia yang terdiri dari 260 (53,27%) Anemia Ringan (Hb 9 sampai 10 gr%), 83 (17%) Anemia Sedang (Hb 7 sampai 8 gr%) dan 40 (8,19%) Anemia Berat (Hb < 7 gr%).
Tingginya kejadian anemia erat kaitannya dengan faktor gizi saat ibu hamil karena itu memperbaiki pola makan merupakan jurus penting untuk mengatasi anemia.   Ibu hamil dengan status gizi kurang memberi pengaruh yang tidak baik dimana asupan zat besi dari makanan sangat kurang, terlalu dekat jarak kehamilan,  karena cadangan zat besi ibu yang sebenarnya belum pulih akan terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya,  terlalu tua karena pada saat itu secara fisiologi kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim menurun, kualitas sel telur berkurang dan terlalu muda saat hamil karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal, secara mental belum siap, ibu hamil dengan  tingkat pendidikan  yang rendah, karena ibu kurang mampu menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan kehamilannya khususnya anemia dan tingkat sosial ekonomi rendah sehingga daya beli kurang.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka dianggap perlu   untuk melakukan suatu penelitian mengenai karakteristik kejadian anemia ringan pada ibu hamil yang dibatasi pada umur ibu, dan paritas.

B.   Rumusan Masalah

1.    Bagaimanakah karakteristik kejadian Anemia Ringan pada ibu hamil menurut umur  ibu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar periode Januari s.d. Desember 2010 ?
2.    Bagaimanakah karakteristik kejadian Anemia Ringan pada ibu hamil menurut paritas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar periode Januari s.d. Desember 2010 ?

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan umum
Untuk memperoleh Karakteristik Kejadian Anemia Ringan pada ibu hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar periode Januari s.d. Desember 2010.
2.     Tujuan khusus
a.    Diperolehnya karakteristik kejadian Anemia Ringan pada ibu hamil menurut umur  ibu.
b.    Diperolehnya   karakteristik kejadian Anemia Ringan pada ibu hamil menurut paritas ibu.

D.   Manfaat Penelitian

1.     Manfaat praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program bagi instansi Departemen Kesehatan khususnya Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dalam penyusunan program perencanaan berkaitan dengan upaya pencegahan anemia.
2.     Manfaat ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan serta dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

3.     Manfaat institusi
Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan institusi.
4.     Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi peningkatan pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan Tentang Anemia
  1. Pengertian
a.    Anemia  adalah  seseorang  (pria / wanita) dengan kadar hemoglobin dalam      darahnya      kurang    dari    12 gr%/ 100 ml   (Wiknjosastro H, 2002 ; hal 448).
b.    Anemia    adalah    kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah <11gr%;suatu keadaan dengan jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun (Maimunah,S, 2005, hal 10)
c.    Anemia adalah suatu keadaan menurunnya kadar hemoglobin, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, MB, 2004 hal 145)
Anemia    dapat    didefenisikan    sebagai    suatu    kondisi dengan kadar hemoglobin dalam darah dibawah normal.   Di Indonesia, kasus anemia umumnya terjadi karena kekurangan zat besi.  
 7
 
Menurut Prof. Dr.dr. Sutaryo seorang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (2005), menjelaskan bahwa persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi bangsa Indonesia. Bahkan, kekurangan zat besi memainkan andil besar terhadap rendahnya sumber daya manusia Indonesia. “Anemia defesiensi besi merupakan bencana nasional yang tak pernah kita rasakan.
Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah keguguran, partus prematurus, inersia uteri dan partus lama (ibu lemah), atonia uteri dan menyebabkan perdarahan, syok, Infeksi puerperium, jika kadar hemoglobin dalam darah dibawah 4 gr% bisa berakibat payah jantung dan hal ini dapat berakibat fatal.   Sedang pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi adalah kematian mudigah (keguguran), KJDR, kematian janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi,   prematuritas,   cacat bawaan,  ( Mochtar  R,  1998, hal 144).
2.    Gejala dan Tanda
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin, 2002:137).
  1. Macam-Macam Anemia dan Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan.
a.    Macam-macam anemia Menurut Wiknjosastro H, 2008, ada 4 macam anemia:

1.    Anemia defisiensi besi
 Merupakan anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan, dimana angka kejadiannya 62,3%, yang  diakibatkan oleh kekurangan zat besi dan asam folat, gangguan resorbsi, atau terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada kasus perdarahan.   Keperluan akan zat besi bertambah selama kehamilan, terutama dalam trimester akhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan,  mudah terjadi anemia defisiensi besi.
2.    Anemia megaloblastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.   Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik, merupakan urutan kedua terbanyak kejadiannya yaitu sekitar 29,0%.
3.    Anemia hipoplasti   
Anemia     hipoplasti   disebabkan    oleh    hipofungsi    sum-sum  tulang belakang,    membentuk sel-sel darah merah baru, dengan angka kejadian berkisar antara 8,0%.
4.    Anemia hemolitik
                        Anemia   jenis   ini disebabkan oleh penghancuran/pemecahan sel darah  merah yang lebih cepat dari pembuatannya,  anemia jenis ini sangat jarang terjadi yaitu berkisar 0,7%.
b.    Klasifikasi Anemia, Manuaba, IGB, 2001
Anemia pada ibu hamil oleh WHO digolongkan dalam beberapa kategori yaitu :
1.    Tidak anemia                        :  Hb 11 gr%
2.    Anemia ringan                     :  Hb 9 – 10 gr%
3.    Anemia sedang                    :  Hb 7 – 8 gr%
4.    Anemia berat                                    :  Hb kurang 7 gr%
Arisman, MB (2004), menjelaskan bahwa klasifikasi anemia pada ibu hamil ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu  :
1.    Normal                                   :  Hb ≥ 11 gr %
2.    Anemia ringan                     :  Hb 8 – 11 gr%
3.    Anemia berat                                    :  Hb kurang dari 8 gr%
4.    Etiologi
Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu: Kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat, peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa kehamilan (Arisman, MB, 2005, hal 145).
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.    Kurang gizi (malnutrisi)
2.    Kurang zat besi dalam diit
3.    Malabsorpsi
4.    Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.    Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain (Muchtar R, 1998, hal 145).
5.    Pengaruh Anemia dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin
Manuaba, IGB (2001) menjelaskan anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan, masa nifas serta  janin, diantaranya :
a.    Bahaya anemia terhadap kehamilan :
1.    Dapat terjadi abortus.
2.    Persalinan prematuritas.
3.    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
4.    Mudah terjadi infeksi.
5.    Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
6.    Mola hidatidosa.
7.    Hiperemisis gravidarum
8.    Perdarahan antepartum
9.    Ketuban pecah dini (KPD).
b.    Bahaya  anemia pada saat persalinan
1.    Gangguan his-kekuatan mengejan
2.    Kala satu dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3.    Kala dua lama
4.    Retensio plasenta, dan perdarahan post partum
5.    Perdarahan post partum sekunder
c.    Bahaya anemia pada Masa nifas
1.    Terjadi subinvolusi uteri, menimbulkan perdarahan pospartum
2.    Memudahkan infeksi puerperium
3.    Pengeluaran ASI berkurang
4.    Terjadi dekompensasi cordis mendadak setelah persalinan
5.    Anemia kala nifas
6.    Mudah terjadi infeksi mamae
d.    Bahaya terhadap janin
1.    Abortus
2.    Kematian janin intra uteri
3.    Prematuritas
4.    BBLR
5.    Kelahiran dengan anemia
6.    Cacat bawaan
7.    Infeksi neonatorum
8.    Intelegensia rendah
6.    Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita.   Pertama-tama pengenceran ini meringankan beban  jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah.   Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsure besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Winkjosastro, H, 2008:448)
Pada kehamilan relative terjadi anemia karena adanya hemodilusi (pengenceran darah), seperti yang disebut diatas.    Dimana hal ini mulai terjadi pada umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 sampai 34 minggu.   Jadi bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 gr% sampai 10 gr% (Manuaba, IGB, 2001 ; hal 30)
Sebagai suatu keadaan khusus, kehamilan, persalinan, dan nifas cukup menguras cadangan besi ibu. Oleh karena itu jarak minimum antara persalinan yang satu dengan kehamilan berikutnya sebaiknya 2 tahun. Jarak iini dianggap adekuat untuk menggantikan kurang lebih 1000 mg zat besi yang terkuras selama kehamilan, persalinan, dan nifas, dengan syarat diet harus seimbang (Manuaba, IGB, 2001).

7.    Pencegahan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan umum ibu hamil tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai adanya pemeriksaan laboratorium sebagian besar dari pemeriksaan serta  pengobatan anemia dalam kehamilan biasanya meliputi pemberian tambahan zat besi dan asam folat, diet yang seimbang juga memperbaiki anemia.
Arisman, MB (2004), menjelaskan pencegahan anemia dapat   dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah :
a.    Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, ikan, dan telur dalam gizi yang cukup dapat mencegah anemia, sayur hijau dan buah- buahan ditambah dengan kacang – kacangan dan padi – padian yang cukup mengandung zat besi.  Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi didalam tubuh, peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100,  250 dan 500 mg dalam makanan tertentu berhubungan dengan peningkatan penyerapan berturut-turut 2,3,4,5 dan 6 kali. Konsumsi bahan pangan zat – zat penghambat, absorsi besi harus dikurangi. Zat inhibitor seperti fitat, kostat, tannin dan beberapa jenis serat makanan dihindari karena zat ini bersama zat besi membentuk zat senyawa yang tidak dapat larut didalam air sehingga tidak dapat diabsorsi. Teh mengandung tannin, jika dikonsumsi bersama-sama pada saat makan akan mengurangi penyerapan zat besi sampai 80% bahan makanan lain yang mengandung penghambat absorbsi besi diantaranya kopi. Fosvitin dalam kuning telur, protein, kedelai, fitat dan fosfat yang banyak terdapat pada kalsium, dan serat dalam bahan makanan.
b.    Suplementasi Zat Besi
Di Indonesia tablet  besi umumnya digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah, dapat diabsorbsi sampai 20%. Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program suplementasi. Dosis yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung 60 mg fe dan 200 µg asam folat), jadi jumlahnya 250 tablet yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.  Pada awal kehamilan, program suplementasi tidak akan berhasil karena ”morning sicness” dapat mengurangi keefektifan obat.   Namun cara ini baru akan berhasil jika pemberian tablet dilakukan dengan pengawasan yang ketat.             Kebutuhan akan zat besi oleh ibu selama kehamilan ialah 1000 mg besi yang diperlukan  untuk janin, plasenta dan  untuk pertambahan volume darah ibu. Kebutuhan zat besi pada ibu dapat dilihat berdasarkan trimester kehamilan.
1.    Trimester I    :  Kebutuhan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari.
2.    Trimester II   :  Kebutuhan meningkat  yaitu 6,3 mg/hari.
3.    Trimester III  :  Kebutuhan zat besinya  yaitu 6,3 mg/hari.
c.    Pengetahuan
Memberikan pengertian pada ibu hamil agar mengkonsumsi tablet besi, karena ibu hamil cenderung menolak mengkonsumsi tablet ini karena adanya berbagai efek samping seperti  mual.   Para ibu hamil harus diberikan pendidikan yang tepat  tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan beri penjelasan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.
d.    Pengawasan Penyakit Infeksi
Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan masyarakat pencegahan seperti : penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.   Jika terjadi infestasi parasit, penyebab kehilangan darah kronis sudah pasti cacing tambang yang menjadi penyebabnya.   Parasit dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan berbagai zat gizi, termasuk penyerapan zat besi.  
e.    Fortifikasi makanan
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara pencegahan defisiensi zat besi paling efektif.   Biaya permulaannya tidak terlalu mahal, dan biaya pengulangannya lebih murah dari pada pemberian suplemen. Kesulitan utama adalah mendapatkan makanan yang cocok untuk difortifikasi tanpa merubah rasa dan penampilan makanan. Karena orang tidak mungkin menerima makanan yang telah difortifikasi dimana zat besi yang ditambahkan dapat dideteksi.  Di negara-negara industri hasil olahan makanan fortfikasi yang paling lazim adalah tepung gandum serta roti, makanan yang terbuat dari jagung sera jagung giling dan hasil olahan susu meliputi formula bayi dan makanan sapihan (tepung bayi).
8.    Penanganan Anemia dalam Kehamilan menurut Tingkat Pelayanan (Saifuddin, 2002:139)
b.    Polindes :
1)    Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium.
2)    Memberikan terapi oral : tablet besi 90 mg/hari.
3)    Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.
c.    Puskesmas :
1)    Membuat dignosis dan terapi
2)    Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya.
d.    Rumah Sakit :
1)    Membuat diagnosis dan terapi.
2)    Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan risiko pada bayi.
B.   Tinjauan Variabel Yang Diteliti
1.    Umur Ibu
Umur adalah satuan waktu yang mengukur  keberadaan suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun  mati.  Misalnya manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur ibu pada saat hamil.  
Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, persalinan dan  nifas. Secara mental ibu belum siap menghadapi segala perubahan pada masa kehamilan, dimana dalam usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya/takut gemuk, sehingga ibu cenderung mengurangi porsi makan, sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada  usia diatas 35 tahun kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim menurun, serta meningkatnya komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan seperti perdarahan antepartum dan perdarahan post partum yang berakibat terjadinya anemia pada ibu. (http://www.bkkbn.go.id/online, diakses tanggal 18 Juni 2011).
2.    Paritas
Menurut Helen Varney  (2002),  paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu atau 1000 gram).
Terlalu banyak anak (> 4 orang) dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan sampai melahirkan, diantaranya adalah anemia. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, IGB, 2001).




BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A.   Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin dan sel-sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia pada ibu hamil erat kaitannya dengan pendidikan ibu, paritas, umur ibu dan umur kehamilan, sedangkan faktor-faktor lain yang erat kaitannya dengan anemia pada ibu hamil tetapi tidak di teliti yaitu status ekonomi  dan frekuensi ANC.
20
 
Tingginya kejadian anemia erat kaitannya dengan faktor gizi saat ibu hamil karena itu memperbaiki pola makan merupakan jurus penting untuk mengatasi anemia.   Ibu hamil dengan status gizi kurang memberi pengaruh yang tidak baik dimana asupan zat besi dari makanan sangat kurang, terlalu dekat jarak kehamilan,  karena cadangan zat besi ibu yang sebenarnya belum pulih akan terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya,  terlalu tua karena pada saat itu secara fisiologi kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim menurun, kualitas sel telur berkurang dan terlalu muda saat hamil karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal.
Untuk memudahkan pemahaman tentang keterkaitan antara variabel-variabel penelitian, berikut diuraikan secara sistematis :
  1. Umur Ibu.
Umur adalah satuan waktu yang mengukur  keberadaan suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun mati. Misalnya manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Pada usia antara 20 tahun sampai 35 tahun merupakan usia paling baik untuk proses kehamilan dan persalinan, karena pada usia tersebut secara fisik kondisi kesehatan ibu optimal, organ-organ reproduksi sudah matang, sehingga proses  kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan aman dan sehat.
Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, persalinan dan  nifas. Secara mental ibu belum siap menghadapi segala perubahan pada masa kehamilan, dimana dalam usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya/takut gemuk, sehingga ibu cenderung mengurangi porsi makan, sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia.
Sedangkan pada  usia diatas 35 tahun kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim menurun, serta meningkatnya komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan seperti perdarahan antepartum dan perdarahan post partum yang berakibat terjadinya anemia pada ibu
  1. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan. Paritas memberi pengaruh besar pada terjadinya anemia pada ibu hamil, makin sering ibu mengalami kehamilan  dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan makin meningkatkan kejadian anemia.
Terlalu banyak anak (> 4 orang) dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan sampai melahirkan, diantaranya adalah anemia. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, IGB, 2001).
Maka dari itu berikan tablet Fe pada ibu hamil minimal 90 tablet





B.   Kerangka Konseptual
Berdasarkan pemikiran yang dirumuskan, maka disusunlah konsep variable yang diteliti :